JAKARTA - Perkembangan teknologi prakiraan cuaca memasuki babak baru, di mana pada Februari lalu, European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF) yang merupakan kiblat dunia perkiraan cuaca diam-diam mulai menggunakan sistem prakiraan pertama yang beroperasi penuh dengan dukungan kecerdasan buatan (AI).
Mengutip Popsci, perkiraan AI baru ini bisa bekerja lebih mudah, cepat, dan murah dibandingkan dengan model teknologi prakiraan konvensional non-AI.
Selain penggunaan energi komputasi yang bahkan 1.000 kali lebih sedikit dibandingkan teknologi biasa, dalam kebanyakan kasus, perkiraan AI dengan machine learning ini pun juga menampilkan hasil yang lebih akurat.
"Saat ini model pembelajaran mesin menghasilkan skor yang lebih baik," kata Peter Dueben, seorang pengembang model di ECMWF di Bonn, yang membantu mengembangkan Artificial Intelligence Forecasting System (AIFS). Peningkatan ini sulit untuk diukur, tetapi ECMWF mengatakan bahwa untuk beberapa fenomena cuaca, AIFS 20% lebih baik daripada model berbasis fisika tercanggih sekalipun.
Andrew Charlton-Perez, seorang ahli meteorologi dan kepala ilmu komputasi di University of Reading mengharapkan lebih banyak institusi prakiraan cuaca yang bisa menggunakan teknologi AI ini, baik badan cuaca nasional maupun perusahaan seperti Google.
Dengan operasional prakiraan yang lebih cepat dan lebih murah membawa kesimpulan bahwa negara-negara miskin tanpa kantor cuaca pemerintah atau akses superkomputer pun pada akhirnya akan bisa menghasilkan prakiraan spesifik untuk wilayah mereka sendiri. Di samping itu, para peneliti dapat mempelajari sejumlah besar prakiraan untuk menemukan jawaban bagaimana dan mengapa hasil prakiraan cuaca dengan AI bisa begitu bagus.
Tetapi teknologi ini juga memiliki potensi kekurangan. Karena biasanya tidak jelas bagaimana AI membuat keputusannya, hasilnya bisa sulit dipercaya, kata ahli meteorologi. Dan karena perubahan iklim terus membuat prakiraan semakin sulit ditebak, para ahli bahkan berpendapat AI mungkin akan menghadapi masalah keakuratan di masa depan.
Untuk saat ini, ahli meteorologi masih akan terus membutuhkan kombinasi kedua jenis prakiraan, baik dengan AI ataupun prakiraan konvensional dengan superkomputer yang lebih lambat.
Meskipun orang cenderung mengolok-olok keakuratan prakiraan cuaca, kemampuan kita dalam memperkirakan cuaca nyatanya terus membaik selama 50 tahun terakhir.
Meramal cuaca yang mendapat sentuhan teknologi pertama kali terjadi di tahun 1960-an dengan ditemukannya komputer. Pada tahun 1975 ECMWF didirikan di Inggris, sebagai organisasi antar pemerintah independen, mengumpulkan sumber daya dari seluruh Eropa untuk menjalankan komputer Cray dan menyusun perkiraan cuaca global berbasis fisika.
Sekarang ada lebih dari 200 miliar pengamatan cuaca yang dilakukan setiap hari di seluruh dunia, dengan satelit atau instrumen di lapangan. Komputer telah menjadi jauh lebih kuat, dan pemahaman yang lebih rinci tentang aliran fluida telah dikerjakan ke dalam algoritma komputer.
Perkembangan teknologi oleh dunia prakiraan cuaca sering disebut sebagai "revolusi senyap" dalam sains, kurang terlihat dan populer di masyarakat ketimbang produknya sendiri, yaitu prakiraan cuaca, namun terobosan yang secara tiba-tiba akhirnya bisa membuat masyarakat bisa menikmati prakiraan yang luar biasa akurat hari ini. Dengan intervensi AI, lebih banyak lagi hal yang akan berubah.
Sistem AI pembelajaran mesin sangat baik dalam menemukan pola dalam sejumlah besar data. Dalam arti tertentu, ini berarti AI telah membawa prakiraan cuaca kembali ke akarnya, kata Charlton-Perez, kembali ke gagasan bahwa masa depan dapat diprediksi dengan melihat pola di masa lalu.
Mulai tahun 2022, beberapa perusahaan teknologi dan akademisi besar merilis sistem prakiraan cuaca berbasis AI: Khususnya, Google Deepmind merilis GraphCast; Para peneliti CalTech menerbitkan sistem yang disebut FourCast; dan perusahaan China Huawei mengembangkan Pangu-Weather.
Sementara sistem peramalan AI ECMWF baru saja beroperasi pada bulan Februari ini, pusat tersebut telah mengujinya selama bertahun-tahun.
Yang menarik adalah apakah sistem ini masih akurat saat menangani peristiwa cuaca ekstrem. Secara umum, sistem AI sangat bagus ketika mereka beroperasi dalam batas-batas data pelatihan mereka, tetapi jika Anda melemparkan data yang benar-benar baru kepada mereka, mereka dapat keluar jalur.
Jadi seberapa baik prakiraan cuaca pada akhirnya? Ini sulit untuk dipastikan.
Secara keseluruhan, AI hanyalah satu alat lagi yang akan membantu membuat data perkiraan menjadi lebih baik dan lebih mudah diproduksi, membuka pintu bagi negara-negara yang tidak mampu untuk mengakomodasi komputasi mereka sendiri. Tetapi AI sendiri tidak mungkin menggantikan model fisik dalam waktu dekat, dan AI tidak akan pernah menggantikan keahlian dan akuntabilitas manusia.
Sedang Hangat
AI Diam-Diam Mendorong Revolusi Teknologi Prakiraan Cuaca

Baca Juga
Reporter
:
Joko Priyono
Penulis
:
Tiamo Braudmen
Editor
:
Eka Budiman

rendi_widodo
Penulis
No biography available.
Topik Terkait
Komentar
(2)