Skopers, kamu ngerasa akhir-akhir ini makin sering dengar kabar orang kena PHK? Ternyata, bukan cuma perasaan. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) memang makin ramai sepanjang tahun 2025.
Data terbaru menunjukkan bahwa kasus PHK terus meningkat di berbagai sektor, dari industri manufaktur sampai media. Dan ini bukan cuma soal angka sebab ada banyak cerita di baliknya yang perlu kita pahami bareng-bareng.
Kalau kita lihat data makro, setidaknya ada dua lembaga yang merilis angka terkait kasus PHK nasional. Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat sebanyak 26.455 kasus PHK terjadi hingga 20 Mei 2025. Sementara itu, versi Apindo menunjukkan angka yang lebih tinggi, yakni 73.992 pekerja kehilangan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan hanya dalam rentang waktu 1 Januari hingga 10 Maret 2025. Adapun sektor yang paling terdampak dari gelombang PHK ini adalah industri pengolahan, perdagangan, dan jasa. Ketiganya menjadi penyumbang terbesar kasus PHK sejauh ini.
Industri media pun tak luput dari terpaan badai PHK. Berdasarkan data dari Dewan Pers, sekitar 1.200 karyawan media, termasuk para jurnalis, harus rela kehilangan pekerjaan sepanjang 2023 hingga 2024. Sayangnya, tren tersebut belum mereda di tahun 2025. Beberapa media besar bahkan masih terus melakukan pemangkasan karyawan hingga Mei 2025. CNN Indonesia tercatat telah memberhentikan 200 orang, disusul Kompas TV dengan 150 orang, Emtek Group sebanyak 100 orang, dan TvOne sebanyak 75 orang. Data ini menunjukkan bahwa tekanan di industri media masih berlangsung dan belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan dalam waktu dekat.
Setelah industri media, sektor e-commerce kini turut merasakan dampak gelombang PHK. TikTok Shop, yang sebelumnya sempat melakukan merger dengan Tokopedia, dilaporkan telah memangkas ratusan staf. Bahkan, jumlah karyawan gabungan kedua perusahaan tersebut ditargetkan akan terus dipangkas hingga hanya menyisakan sekitar 2.500 orang saja.
Lalu, gimana cara menghadapi badai PHK ini? Tenang, Skopers, nggak perlu panik. Selama kita siap secara mental dan finansial, badai ini bisa dilalui.
Pertama, penting untuk selalu memantau tren pasar kerja. Idealnya, cari kerja saat kamu masih punya pekerjaan, sambil mengamati sektor mana yang sedang tumbuh dan mana yang mulai lesu. Kalau bidangmu mulai sepi, nggak ada salahnya mempertimbangkan untuk switch career, apalagi kalau kamu sudah punya bekal dari kursus atau pelatihan.
Kedua, siapkan dana darurat. Proses mencari kerja bisa memakan waktu, jadi penting punya tabungan atau sumber dana cadangan yang cukup untuk hidup minimal tiga bulan, tapi idealnya enam hingga dua belas bulan. Dana tersebut bisa bersumber dari tabungan, pekerjaan freelance, atau investasi yang mudah dicairkan.