JAKARTA - Cacar api atau dalam istilah medis herpes zoster adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster, yaitu virus yang sama dengan penyebab cacar air.
Berbeda dari cacar air, cacar api dapat memunculkan rasa nyeri yang cukup hebat dan berisiko menyebabkan komplikasi berkepanjangan. Meskipun paling sering menyerang orang berusia di atas 50 tahun, sebenarnya cacar api bisa menyerang siapa saja, termasuk usia muda, demikian dilansir Antara.
“Cacar api itu dapat mengenai segala usia, meskipun itu paling banyak ditemukan di atas 50 tahun", ungkap dr. Frieda, Sp.DVE, dokter spesialis kulit dan kelamin lulusan Universitas Sebelas Maret (UNS), dalam diskusi kesehatan yang dipantau secara daring di Jakarta.
Apa Itu Cacar Api?
Cacar api merupakan bentuk reaktivasi dari virus varicella-zoster yang sebelumnya sudah pernah menginfeksi tubuh, biasanya saat seseorang mengalami cacar air di usia kanak-kanak. Setelah sembuh dari cacar air, virus tersebut tidak benar-benar hilang, melainkan tetap berada dalam keadaan tidak aktif (dormant) di dalam sistem saraf.
Menurut dr. Frieda, “Setelah kita terinfeksi cacar air, tentunya virus ini tidak benar-benar hilang di dalam tubuh kita, tapi dia menetap dalam keadaan tidak aktif atau dormant di sistem saraf tubuh kita.”
Virus ini dapat aktif kembali ketika sistem kekebalan tubuh sedang menurun, misalnya karena stres, kelelahan, atau kondisi kesehatan tertentu.
Penyebab Cacar Api
Penyebab utama cacar api adalah reaktivasi virus varicella-zoster. Pemicu aktifnya virus ini bisa berupa:
-
Penurunan daya tahan tubuh
-
Usia lanjut
-
Stres fisik dan emosional
-
Konsumsi obat-obatan imunosupresif
-
Penyakit kronis (seperti HIV, kanker, atau diabetes)
Cacar api tidak akan menyerang seseorang yang belum pernah mengalami cacar air. Dalam hal ini, dr. Frieda menjelaskan: “Cacar api ini perlu diingat hanya bisa terjadi pada orang yang sudah terinfeksi cacar air. Jadi kalau belum pernah kena itu jangan khawatir, gak mungkin kena cacar api dulu dibanding cacar air.”
Gejala Cacar Api
Gejala utama cacar api biasanya berkembang secara bertahap. Pada awalnya, penderita akan mengalami rasa nyeri, panas, atau sensasi terbakar pada salah satu sisi tubuh, sebelum munculnya ruam. Setelah itu, muncul bintil atau lenting berisi cairan yang terkonsentrasi di satu sisi tubuh saja.
Gejala lain yang menyertai antara lain:
-
Demam
-
Nyeri otot
-
Sakit kepala
-
Lemas
-
Ruam merah yang berkembang menjadi lepuhan
“Dan dia (cacar api) dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang, biasanya ada gejala penyerta seperti demam, lemas, nyeri kepala ataupun nyeri otot,” kata Frieda.
Durasi gejala bisa berlangsung antara 2 hingga 4 minggu. Namun, beberapa penderita dapat mengalami komplikasi nyeri saraf jangka panjang (neuralgia pascaherpes) yang bisa berlangsung selama berbulan-bulan hingga tahunan.
Apakah Cacar Api Menular?
Cacar api tidak menular melalui udara seperti cacar air. Penularannya hanya bisa terjadi melalui kontak langsung dengan cairan dari lepuhan kulit penderita yang sedang mengalami infeksi aktif.
Namun, virus yang menular tersebut hanya akan menyebabkan cacar air pada orang yang belum pernah terkena infeksi sebelumnya, bukan langsung menyebabkan cacar api.
Cara Mengobati Cacar Api
Penting untuk diketahui bahwa cacar api tidak bisa sembuh dengan sendirinya. Pengobatan sebaiknya segera dimulai dalam 72 jam pertama sejak gejala muncul, guna mengurangi durasi dan mencegah komplikasi.
Pengobatan umum meliputi:
-
Obat antivirus seperti acyclovir, valacyclovir, atau famciclovir
-
Obat pereda nyeri dan antiperadangan
-
Salep topikal untuk mengurangi rasa panas dan gatal
-
Kompres dingin pada area ruam
-
Istirahat cukup dan perbanyak konsumsi air putih
dr. Frieda juga menegaskan“Cacar api biasanya membutuhkan pengobatan karena tidak dapat sembuh sendiri. Dan dia tetap dapat bisa menular dan setiap orang itu bisa terkena lebih dari satu kali.”
Cacar api adalah penyakit infeksi virus yang serius dan bisa menyerang siapa saja, terutama mereka yang sudah pernah terkena cacar air. Dengan mengenali gejalanya sejak dini dan melakukan pengobatan yang tepat, komplikasi yang menyakitkan bisa dihindari.