Skopers, siapa sih yang nggak senang kalau ada hari libur nasional? Tapi pernah kepikiran nggak, kalau terlalu banyak libur ternyata bisa berdampak besar ke dunia bisnis dan perekonomian?
Berdasarkan data dari Sekretariat ASEAN, tahun 2025 ini Indonesia mencatatkan diri sebagai negara dengan jumlah hari libur nasional terbanyak di kawasan ASEAN, yakni sebanyak 27 hari libur. Jumlah ini sangat jauh bila dibandingkan dengan Laos yang hanya memiliki 7 hari libur.
Lebih jauh, data Sekretariat Kabinet RI membeberkan bahwa tren hari libur nasional di Indonesia dalam enam tahun terakhir mengalami fluktuasi, namun cenderung meningkat. Tahun 2021 menjadi titik terendah dengan hanya 17 hari libur, sementara 2024 mencetak rekor tertinggi dengan 29 hari.
Tapi Skopers, banyak libur ternyata nggak selalu membawa kabar baik bagi dunia usaha. Meski libur bisa mendongkrak konsumsi ritel, efeknya ke operasional bisnis bisa cukup berat.
Gudang dan logistik misalnya, sering kewalahan karena waktu kerja yang terbatas dan tenaga kerja terampil yang ikut cuti. Pengiriman barang jadi melambat, bahkan biaya logistik bisa melonjak.
Sektor manufaktur yang padat karya juga nggak kalah terdampak. Banyak pekerja ambil cuti, sementara perusahaan tetap harus jalan. Artinya biaya lembur dan insentif harus digelontorkan lebih besar.
Sebagai perbandingan, beberapa negara dengan kinerja ekonomi terbaik justru memiliki jumlah hari libur nasional yang jauh lebih sedikit dibanding Indonesia. Contohnya, Vietnam hanya memiliki 17 hari libur, namun mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi di ASEAN pada 2024 sebesar 7,09%.
China bahkan hanya menetapkan 7 hari libur nasional, tetapi berhasil menjadi negara dengan produk domestik bruto (PDB) terbesar di Asia, yakni US$18,75 triliun. Singapura dengan 11 hari libur tetap memimpin dalam daya saing global dengan skor tertinggi 71,52.
Sementara itu, Luksemburg yang juga hanya memiliki 11 hari libur, mencatat PDB per kapita tertinggi di dunia, yaitu sebesar US$135.321. Artinya, semakin tinggi performa ekonominya, makin ramping pula jumlah hari libur nasional yang mereka miliki.
Lalu, berapa sebenarnya jumlah hari libur nasional yang optimal?
Menurut Adzman dan Rahman dalam artikel “Holiday Havoc or Economic Boost? Deciphering the Influence of Public Holidays on Global Economies”, jumlah hari libur nasional yang ideal berada di kisaran 10–11 hari.
Kalau jumlah libur masih dalam batas optimal, justru bisa berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Tapi kalau sudah kelewatan, efeknya malah berbalik arah, yakni produktivitas turun, biaya operasional naik, dan daya saing menurun.
Intinya, hari libur memang penting buat menjaga kesehatan mental dan kesejahteraan pekerja. Tapi jumlahnya perlu dikelola dengan bijak agar tidak mengganggu efisiensi bisnis dan stabilitas ekonomi nasional.
Jadi, Skopers, lain kali pas kamu senang karena ada long weekend, ingat juga bahwa terlalu banyak libur bisa jadi pedang bermata dua buat perekonomian. Tetap produktif dan cermat dalam memanfaatkan waktu, yuk!